Saturday, October 16, 2004

Three Laws of Robotics


Today afternoon, I went out to Mangga Dua to buy some DVD titles. Actually, I just wanted to buy “Spiderman 2”. But after browsing the store, I brought “Fahrenheit 9/11”, “Finding Nemo”, “I, Robot” and my number one favorite Hollywood movies: “Star Wars” Trilogy along with my long-waited DVD, “Spiderman 2” to the cashier ;)

Back home, unfortunately, when I inserted the
"I, Robot" disc into my console, an error message something like “TV system doesn’t match” appeared on my TV screen. It seems that "I, Robot" DVD ain’t compatible with my PS2 machine which is NTSC.

To lessen my disappointment and my curiosity about its story, I googled the internet using “Isaac Asimov” as keywords. This guy is a US-Russian-born author, science fiction novelist, and scholar who wrote short story collection called “I, Robot” in 1950. And in my Google search result, there was an interesting finding. It’s called the Three Laws of Robotics.

When computers evolve into high intelligent robots, it becomes important to protect humans from unintentional harm from these mechanical beings. In 1942, through the story called “Runaround”, Isaac Asimov addressed that problem by stating the “Three Laws of Robotics”. The three laws are: 1) A robot may not injure a human being or, through inaction, allow a human being to come to harm; 2) A robot must obey orders given to it by human beings except where such orders would conflict with the First Law; 3) A robot must protect its own existence as long as such protection does not conflict with the First or Second Law.

Well, through movies, books, scientific papers, weblogs, etc., many have shared their thought about the existence of human-creation-mechanical-beings equipped with a marvelous-advance-analytical-data-processing capability, so called AI (Artificial Intelligent). Many pros and cons arise around this issue ‘till this day. Generally, use of robot(s) is to help mankind in doing tasks that either are too dirty, dangerous, difficult, repetitive or dull for most humans, such as working in a nuclear reactor, deep earth mining, assembling vehicles, planetary exploration, and so on. The negative aspects could be the second industrial revolution (even baby sitting can be done by a robot), human laziness and even decreasing human social life and interaction. Maybe someday, hotel will use robot as a receptionist, hyper store will use robots as shopkeepers and sellers, many companies will use robots as their customer service personnel, many families will choose Aibo-liked-toy as their pet instead of a real one, and even guys from showbiz will use an artificial singer like Macross Plus’s Sharon Apple.

But IMHO, “Hey human being, worry not!”, “As long as thou do not intend to harm others, insya allah, so thy creation will not intend to harm thou as well.” ;)
Well, sometimes, I wonder if someday, the relationship between human and robot will come like in the long science fiction anime and manga by Ozamu Tezuka, “Astro Boy” :-?

(more...)

Tuesday, October 12, 2004

Wi-Fi Zone in Plaza Senayan


Kemarin saya bela-belain nongkrong di Coffee Bean and Tea Leaf, Plaza Senayan, demi mendapatkan gelombang perantara koneksi ke Internet. Dan untuk hal itu, saya harus rela merogoh kocek kira-kira Rp 30 ribu untuk membeli satu cup Coffee Bean's Ultimate, nyam-nyam :P

Hmm... kalau selama mengerjakan proyek di Sentral Senayan, untuk koneksi ke Internet saja, saya harus keluar uang Rp 30 ribu setiap harinya, boros juga ya... (maklum saja, di kantor client saya tidak diberikan koneksi ke Internet, bahkan karyawan mereka sendiri pun tidak diberikan!).

Yah, tapi dasar computer geek, untuk hal-hal seperti itu saya gak mau kehabisan akal dong. Di dekat Coffee Club Cafe, banyak berjajar pilar-pilar yang rasanya cukup nyaman untuk dijadikan sandaran. Pikir saya, siapa tahu di daerah pilar-pilar itu masih ada gelombang-gelombang Wi-Fi yang bocor dari Coffee Club. So, waktu lunch break tadi siang, dengan bersandar dibalik salah satu pilar dekat Coffee Club, kemudian saya pun mulai beraksi, buka LifeBook, jalankan Thunderbird, and... TA-DA...! e-mail baru pun berdatangan ke dalam laptop saya itu ;)

Penasaran dengan jangkauan dari access-point Coffee Club, juga dalam rangka mengkonfirmasi iklan CBN Wi-Fi Zone yang dipublikasikan di majalah CHIP edisi ke-9 tahun 2004 halaman 185, dengan keadaan LifeBook masih terbuka, saya berjalan ke bagian tengah Plaza Senayan. Hasilnya... STILL CONNECTED ! Very Nice ;)

Selanjutnya, bisa dibayangkan, aplikasi jaringan lainnya pun ikut berluncuran di desktop saya, Firefox, Yahoo! Messenger, download manager, dan lain-lain, he.. he... ;)

Artinya, kalau hanya untuk dapat koneksi ke Internet via Wi-Fi di Plaza Senayan, tidak sampai harus nongkrong di cafe segala. Cukup cari tempat yang nyaman untuk membuka laptop, misalnya di pinggir kolam di belakang elevator dekat pintu utama, and then... GET CONNECTED ! Hemat kan? ;)

Nah, buat kamu-kamu yang suka jalan-jalan ke pusat perbelanjaan atau ke tempat-tempat nongkrong tapi sekaligus tidak bisa lepas dari Cyberspace, silahkan tongkrongin weblog ini untuk tips-tips Wi-Fi Zone berikutnya ;)

(more...)

Sunday, October 10, 2004

XP SP2


Setelah menimbang kiri-kanan dan membaca sana-sini...
Maka saya pun memutuskan untuk meng-install XP Service Pack 2.

Bermula dari sering terjadinya penampakan "blue screen", menyebabkan saya ingin melakukan clean-install terhadap sistem operasi Windows XP Home yang sudah tertanam di dalam Fujitsu LifeBook P1120 sejak dibeli. Sebelum ini, saya masih merasa cukup optimis dengan fasilitas Windows Error Reporting serta Online Windows Updating, namun lama-kelamaan, keadaan bukannya tambah membaik malah penampakannya makin sering terjadi. Meski "live with it" paradigm memang cocok bagi pengguna Windows, boleh-boleh saja dong jika saya berusaha meminimalisasi gangguan yang muncul ;)

Setelah kemarin selesai melakukan clean-install di LifeBook saya, tadi kira-kira pukul 1 dini hari, saya mulai men-download semua patch yang dianjurkan oleh fasilitas windowsupdate termasuk akhirnya XP Service Pack 2. Saya memang sengaja melakukan updating langsung pada XP Home yang masih fresh, out-of-the-box, agar registry-nya belum sempat "teracuni" entry yang gaib-gaib sehingga pada saat selesai updating saya dapat menggunakan fasilitas System Restore untuk merekam keadaan yang masih "murni" itu.

Menggunakan koneksi dial-up 56Kbps memang menyedihkan. Download serta install SP2 akhirnya selesai kira-kira pukul 6 pagi tadi...

Hmm... menarik juga ya, SP2 ternyata melengkapi Windows XP dengan fasilitas personal Firewall yang jelas-jelas akan membebani sistem kita. Namun karena sebelum ini saya sudah terbiasa menggunakan Norman Personal Firewall bawaan paket LifeBook P1120 maka keberadaan Windows Firewall tidak terasa mengganggu, malah menciptakan peaceful-of-mind. Malah lebih dari itu, berarti saya tidak perlu lagi memasang Norman Personal Firewall yang pernah saya suspect sebagai salah satu penyebab penampakan-penampakan "blue screen" di masa lalu ;)

Untuk rujukan lebih lanjut tentang issue yang berkaitan dengan penggunaan program dan hardware pada XP SP2, silahkan simak artikel-artikel berikut ini:

Nah, demikianlah akhirnya saya meng-embrace XP SP2 yang jelas-jelas menciptakan incompatibility dengan cukup banyak aplikasi yang telah beredar. Tidak apa-apa koq, live with it aja, toh saya tidak menggunakan aplikasi-aplikasi yang tidak compatible itu, kalau pun "ya", toh masih bisa kita carikan program alternative-nya kan... ;)
(more...)

Friday, October 01, 2004

Spirituality in The Cyberspace


"In a world without walls and fences, who needs windows and gates?"


Kalimat tersebut sering saya temui di cyberspace, bahkan kalau di-search dengan menggunakan Google, akan ditemukan sekitar 12600 entries. Mungkin bagi sebagian besar penghuni cyberspace, kalimat itu hanyalah anekdot yang biasa digunakan untuk menyindir Bill Gates dan Microsoft.

Namun, buat saya pribadi, kalimat itu memiliki nilai spiritualitas yang tinggi. Ucapkan saja berulang-ulang kalimat tersebut dengan sungguh-sungguh di dalam hati dan kita akan menyadari bahwa jiwa kita memang tidak pernah tinggal di balik tembok ataupun pagar.

Ego kitalah yang telah membuat tembok dan pagar antara kita dengan sesama kita, antara kita dengan lingkungan kita, antara kita dengan alam semesta ini. Dan ketika ego itu dapat dikuasai, meski hanya sejenak... yang terlihat tinggalah Cinta Sejati... Kebahagian Abadi... Essensi Segala Sesuatu... Theory of Everything... Sang Kekasih... Kasih Itu Sendiri...

Oohhh... Betapa Indahnya Engkau Allah, Elohim, Bapa, Tuhan...
dengan nama apapun manusia memanggil Mu,
bagi jiwa ini, Engkau Maha Satu adanya.
All for One and One for All.
Engkaulah satu-satunya Entitas Abadi, Realitas yang Sejati.
Wahai, Yang Maha Kuasa, terima kasih atas pemahaman ini...
terima kasih Cinta,
terima kasih TUHAN :)

(more...)